Ayah… Nayla badannya masih panas. Begitu kata istri saya saat memberi tahu kondisi Kesehatan anak saya yang memiliki nama Nayla Nur Farhaini Salsabila. Saya mendekat dan menatap mata anak saya yang mual-mual. Malam itu mau di bawa ke dokter kebetulan sangat malam takut mengganggu dokter yang sedang asyik dengan mimpinya.Tiba-tiba saya ingat dengan pesan guru waktu di Pondok Pesantren. Begini katanya, seorang santri jangan lupa untuk mengadukan setiap persoalan kepada Tuhan. Dia yang memiliki segalanya. Selain Dia tidak ada. Berdoalah, sebab dengan doa itu seseorang akan mendapatkan pertolongan Tuhan. Segera saya bangkit dari tempat duduk untuk mengambil wudhu dan shalat malam.
Seusai shalat saya membaca istighfar dan shalawat, kemudian tawasul. Pada saat membaca doa, saya menangis memohon ampun pada Tuhan. Segala kesalahan yang dilakukan oleh manusia harus dimintakan maaf. Jika tidak maaf dari Tuhan maka hidupnya tidak akan mengalami ketenangan dan kebahagiaan. Sebagai seorang santri saya menyadari pentingnya permohonan ampun pada Tuhan. Doa ini bukan hanya untuk meminta maaf atas khilaf yang pernah terjadi. Tapi sebagai pintu masuk untuk menjemput rahmatnya Tuhan Yang Maha Esa.Adalah KH. Moh. Zuhri Zaini Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo menuturkan bahwa pembacaan istighfar, shalawat dan doa tidak hanya karena untuk menghapus dosa atas sebuah kesalahan yang dilakoninya.
Baca juga:
Menanggapi Paradigma Polemik Perubahan Laut
|
Lebih dari itu sebagai pintu untuk mendatangkan anugerah berupa rahmat dari Tuhan. Oleh sebab itu, mengapa Nabi Muhammad SAW membaca istighfar setiap hari seratus kali bahkan lebih. Padahal seorang Nabi Muhammad terselamatkan dari perbuatan dosa yang di sengaja oleh dirinya. Ternyata pembacaan istighfar itu disamping sebagai wujud syukur, adalah untuk mendatangkan rahmat Tuhan.Sebagai seorang hamba jangan sampai melupakan kekuatan Dzat yang maha perkasa dan dahsyat. Darinya kita berasal dan kepadaNya kita akan Kembali jua. Kesadaran tauhid seperti inilah yang harus tertancap di relung sanubari.Kurang lebih 25 menit saya berdoa dan merenung. Berdoa untuk kesembuhan dan merenung atas kelalain sebagai seorang hamba sejati. Usai itu semua, saya mendekati anak saya yang berada dalam pangkuan mamanya, dan saya memegang badan anak saya. Tanpa syukur tiada henti karena yang semula anak saya badannya panas berubah menjadi dingin.
Subhanallah.Dari kejadian ini, saya tambah yakin bahwa doa adalah senjatanya orang mukmin yang paling ampuh. Dan doa itu sebagai wujud bahwa manusia bukan siapa-siapa melainkan makhluk yang sangat lemah, dan tidak pantas untuk sombong. Ketika kita sakit dan mendatangi dokter untuk berobat. Pasti akan mengeluarkan rupiah. Namun saat Kembali kepada Tuhan dengan segala penuh ketawaduan dan keyakinan yang kuat. Ini lebih murah harganya. Hanya dengan kesungguhan dan keyakinan bahwa Tuhan adalah maha segalanya. Orang yang menjadikan Tuhan sebagai penguasa atas seluruh alam akan menemukan nikmat dan rahmat. Keduanya lebih agung dari pada alam semesta. Wallahua’lam.
Ponirin Mika| Ketua Lakpesdam MWCNU Paiton dan Anggota Community of Critical Social Research